TELAAH KONTEKS PENUTURAN MANTRA PERKAWINAN PADA MASYARAKAT ADAT RANCAKALONG
Main Article Content
Abstract
Tulisan ini membahas tentang konteks penuturan mantra yang berkaitan dengan perkawinan di daerah Rancakalong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif karena permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini belum jelas, holistik, kompleks, dinamis, dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dapat dijaring secara kuantitatif. Penulis menggunakan pendekatan etnografis karena bahan yang diteliti merupakan kesatuan kebudayaan suatu etnik dan tradisi di suatu komuninas dari daerah tertentu dalam hal ini tradisi yang terdapat di masyarakat adat Rancakalong. Hasil penelitian menunjukan bahwa data konteks penuturan mantra menjadi terasa sakral dan berdaya magis ketika dituturkan dalam konteks (waktu, tempat, psikologis, dan peristiwa) yang tepat. Mantra harus dibacakan dengan sakral agar mendatangkan daya magis, tanpa daya magis, mantra hanyalah sekumpulan kata-kata puitis semata. Konteks penuturan mantra merupakan peristiwa budaya yang kaya akan nilai-nilai. Mantra perkawinan di Rancakalong dibacakan hanya oleh saehu atau candoli, tetapi pada waktu penuturannya melibatkan banyak orang. Keterlibatan banyak orang ini yang menjadikan mantra mampu menyentuh lelembutan (alam bawah sadar) masyarakat sehingga mereka mudah tergerak untuk mengamalkan nilai-nilai yang terdapat dalam mantra.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.